Senin, 05 Juli 2010

3 Pertanyaan, 1 Jawaban

1 Jawaban Untuk 3 Pertanyaan

Pada suatu hari seorang bapak  berkunjung ke seorang ustad,  bapak ini bercerita tentang anaknya yang disekolahkan keluar negeri.

Bapak : "Begini pak Ustad anak saya yang sulung sejak 5 tahun yang lalu saya sekolahkan di sebuah sekolah ternama di luar negeri, maksud saya supaya ia mendapat pendidikan yang lebih baik dan mempunyai masa depan yang cerah dan Alhamdulillah ia sekarang telah lulus dan kembali dari luar negeri"
 
Ustad : "Wah, apa yang bapak lakukan untuk anak bapak itu bagus, jarang-jarang ada orangtua yang sanggup membiayai pendidikan anaknya hingga keluar negeri karena di dalam negeri saja banyak sekali orangtua yang tidak mampu memberikan pendidikan yang memadai bagi anak-anaknya karena masalah biaya."

Sang bapak tersenyum kemudian melanjutkan : "Alhamdulillah pak Ustad, tapi semenjak dia menerima pendidikan disana ada yang berubah, dia mulai menanyakan tentang eksistensi Allah."

Ustad : "Maksud bapak?"

Bapak : "Begini pak, dia mulai meragukan eksistensi Allah, apakah benar Allah itu ada? dan ini membuat saya prihatin karena sejak dari kecil ia saya didik untuk beribadah tapi kenapa ketika ia menerima pendidikan di luar negeri justru malah ia menjadi jauh dari ibadah bahkan mulai meragukan eksistensi Allah sebagai Yang Maha Kuasa"

Ustad terdiam sejenak, kemudian berkata "Begini saja pak, kalau bapak ada waktu ajaklah anak bapak kemari untuk berbincang-bincang dengan saya tentang masalah yang ingin dia tanyakan."

Bapak : "Baiklah pak Ustad, besok saya akan kemari lagi bersama anak saya dan terima kasih atas waktunya"

Keesokan harinya seperti yang telah dijanjikan sang bapak pun datang beserta anaknya.

Bapak : "Pak Ustad ini anak saya yang saya ceritakan kemarin"

dan sang Ustad pun memulai percakapan dengan sang anak.

Ustad : "Saya dengar dari orangtuamu bahwa kau menanyakan sesuatu mengenai Allah kepada mereka, coba katakan apa itu nak?"       

Anak : "Begini pak, saya ingin mendapat jawaban atas 3 pertanyaan dan jawaban tersebut harus dapat memuaskan rasa ingin tahu saya."

"Dan saya tidak ingin jawaban yang sifatnya hanya dalil tapi saya ingin suatu bukti yang real, yang nyata!" sambung si anak.

Ustad : "Silahkan, Insya Allah saya akan coba untuk memuaskan rasa ingin tahumu dan menjawab kebimbanganmu."

"Yang pertama apakah Allah itu ada, yang kedua apa itu takdir dan yang ketiga apakah mungkin iblis yang terbuat dari api tapi disiksa dalam api neraka yang nota bene juga terdiri dari api yang sangat panas membakar?"

Plak!!! seketika itu juga tangan sang Ustad menampak keras pipi si anak.

Sang Bapak tertegun,  demikian juga si anak terkejut bercampur sakit memegang pipinya.

"Apa maksud bapak tiba-tiba menampar pipi saya? Apa kesalahan saya?" cecar si anak dengan marah.
 
Ustad : "itu adalah jawaban untuk ketiga pertanyaan yang kau ajukan kepada saya."

Si anak tertegun, kemudian berkata dengan keheranan yang semakin besar : "Maksud bapak?"

"Apakah kau merasa sakit ketika tanganku mengenai pipimu?" tanya sang Ustad.

"Tentu saja, bahkan rasanya sakit sekali!" jawab si anak.

"Apakah kau bisa melihat rasa sakit itu?" tanya sang Ustad lagi.

"Pertanyaan macam apa itu!?" sergah si anak. "Itu sudah jelas, saya hanya bisa merasakannya tapi tidak bisa melihat rasa sakit itu!" lanjut si anak.
 
Ustad : "Itu adalah jawaban untuk pertanyaan yang pertama, kita tidak akan bisa melihat Allah, tetapi kita hanya bisa melihat dan merasakan tanda-tanda kekuasaaan dan kebesaran Allah semata!"

Si anak tertegun.
 
Ustad : "Pernahkah terlintas dibenakmu bahwa hari ini kamu akan menerima tamparan di pipimu?"

"Tidak sama sekali!" jawab sang anak.

"Itu adalah jawaban untuk pertanyaan yang kedua,  manusia tidak bisa mengetahui takdir,  kecuali setelah terjadi. Takdir adalah ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Allah bagi manusia."
 
Si anak kembali terdiam.

"Dengan apa aku menamparmu dan apa yang kau rasakan?" tanya sang ustad.

"Dengan telapak tangan, rasanya sakit sekali."jawab si anak.

"Terdiri dari apa telapak tanganku dan pipimu itu?"tanya sang ustad lagi.

"Dari kulit dan daging"jawab si anak.

Ustad : "Itulah jawaban pertanyaanmu yang terakhir. Walaupun iblis terbuat dari api namun ia akan merasakan siksa di dalam neraka jahanam yang terdiri dari api yang sangat panas, karena kalau Allah SWT menghendaki hanya dengan kun fayakun maka terjadilah kehendaknya."

Tuhan Itu Tidak Ada ...

Tuhan Itu Tidak Ada ...

Ketika browsing disebuah forum ada seorang member yang mencantumkan sebuah cerita dengan judul yang provokatif "Tuhan Itu Tidak Ada ...", tulisan ini semoga bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua terutama bagi individu-individu yang kadangkala mempertanyakan tentang eksistensi Tuhan berdasarkan kejadian yang ia ataupun orang lain alami ...

Seorang pelanggan berkunjung ke sebuah tempat cukur untuk memotong rambut. Tak lama kemudian, si tukang cukur pun mulai memotong rambut pelanggannya. Tanpa maksud apapun, mulailah keduanya terlibat dalam suatu topik pembicaraan yang menghangatkan … !

Mereka membicarakan tentang banyak hal dan entah kenapa tiba-tiba topik pembicaraan mereka beralih membicarakan tentang eksistensi Tuhan.

Tukang cukur tiba-tiba berkata: “Saya tidak percaya kalau Tuhan itu ada.”

Pelanggan: “Kenapa bapak berkata demikian?!”, timpal si pelanggan yang kaget!
Kemudian lanjut si Pelanggan: “Coba yakinkanlah diriku kalau Tuhan itu memang tidak ada.”

Tukang Cukur: “Begini … coba bapak perhatikan didepan sana, dijalanan … “, tukang cukur itu tiba-tiba terdiam. Seolah-olah dia sedang berpikir untuk menjelaskan dari mana dia harus memulai pembicaraannya sehingga bisa membuktikan bahwa Tuhan itu tidak ada.

Tukang Cukur: “jika Tuhan itu ada, adakah orang yang sakit? Akan adakah anak-anak yang terlantar? Kemudian itu disana bapak-bapak renta yang mengemis demi sesuap nasi, Jika Tuhan memang ada, maka otomatis tidak akan ada orang sakit ataupun kesusahan. Sungguh … saya tak bisa membayangkan bagaimana Tuhan Yang Maha Penyayang itu akan membiarkan semua hal ini terjadi.” Demikianlah argumen-argumen pedas yang dilontarkan tukang cukur kepada si pelanggan.

Pelanggan itupun diam sejenak dan kata-kata itu benar-benar memiliki makna yang dalam baginya, apalagi tukang cukur itu sedang memegang pisau cukur yang tajam dan bersiap-siap untuk mencukur brewok yang tumbuh lebat di sekitar lehernya. Demi menjaga konsentrasi tukang cukur, akhirnya pelanggan itu memutuskan untuk diam dan tidak meresponnya. Lagipula, tak ada pelanggan waras yang ingin membuat seorang tukang cukur skeptis marah dalam posisi seperti itu kan … ?

Walhasil pelanggan itu memutuskan untuk tidak berdebat dengannya.
Sejurus kemudian, tukang cukur itu akhirnya menyelesaikan pekerjaannya dengan senyuman dan pelanggan itupun pergi meninggalkan barber shop tersebut.

Akan tetapi, tak seberapa jauh setelah dia meninggalkan tempat itu … tiba-tiba pelanggan tadi melihat seseorang di jalanan dengan rambut yang panjang, berombak kasar, dekil dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu benar-benar terlihat kotor dan tidak terawat. Setelah menyaksikan orang tersebut, si pelanggan segera memutuskan untuk kembali ke barber shop tempat dia menyukur rambutnya.

Setibanya di sana, dia langsung berkata kepada si tukang cukur,

Pelanggan: “Bapak tahu tidak? Sebenarnya TUKANG CUKUR itu tidak ada!” katanya.

Tukang cukur itu sangat kaget dan merasa terhina. Tukang cukur itu tidak terima ucapan si pelanggan, sementara dia sedang mencukur rambut pelanggan lain. Sembari sewot, tukang cukur itu berkata,

Tukang Cukur: “Apa bapak bilang? Bapak pikir saya tidak tahu cara mencukur ya?! Kenapa bapak bisa bilang begitu? Ini tempat cukur saya, dan saya selalu ada di sini, dan saya adalah seorang tukang cukur. Bahkan bukankah saya baru mencukur rambut bapak?!” Demikian kata si tukang cukur yang kesal dengan perkataan pelanggan tadi.

Pelanggan: “Tidak! Tukang cukur itu tidak ada. Sebab jika tukang cukur itu ada, maka tidak akan ada orang yang rambutnya panjang, dekil dan brewok yang tak terurus seperti orang yang saya lihat di luar sana …”

Tukang cukur: “Ah tidak! Itu jelas bukan alasan! Karena faktanya, tukang cukur itu tetap ada!” Sanggahnya. Lalu tukang cukur itu menambahkan lagi, “Apa yang bapak lihat itu adalah disebabkan kesalahan mereka sendiri … Kenapa mereka tidak datang saja ke saya” Jawab tukang cukur itu seraya membela diri.

Pelanggan: “Tepat!” kata si pelanggan menyetujui perkataan si tukang cukur. Lalu pelanggan tadi menambahkan: “Itulah poin utamanya! Sama saja kasusnya dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA! Tapi apa yang terjadi …? Manusia-lah yang tidak mau datang kepadaNya, dan tidak mau mencariNya. Oleh karena itu banyak manusia yang sakit dan tertimpa berbagai kesusahan di dunia ini.karena mereka sendirilah yang tidak mencari Tuhan..”